Rm. Yohanes Subani, Pr
1. Pendahuluan
Tema “Sang Terang” menempatkan Kristus sebagai pusat pewartaan yang menyingkapkan wajah Allah bagi bangsa-bangsa. Dalam perayaan 150 tahun karya Serikat Sabda Allah (SVD), warisan rohani dari St. Arnold Janssen yaitu kerendahan hati, keterbukaan pada penyelenggaraan Ilahi, dan kerja kolaboratif, menginspirasi cara SVD bermisi: tidak berjalan sendiri, melainkan dalam persekutuan Gereja dan bersama umat. Tulisan ini merumuskan dasar biblis, teologis, dan praksis dari kesaksian “Terang” yang diemban SVD, seraya menimbang peluang dan tantangan kontemporer: dialog lintas-budaya dan lintas-agama, inkulturasi, pendidikan, belarasa sosial, serta ekosistem digital. Dengan demikian, misi bukan hanya tugas individu atau tarekat, melainkan panggilan seluruh umat beriman yang dibimbing Roh, sebagaimana diteguhkan oleh magisterium Gereja dan konstitusi SVD.[1]
Gereja mengakui Kristus sebagai “Terang bagi bangsa-bangsa” dan memandang seluruh karya evangelisasi sebagai partisipasi dalam misi Allah (missio Dei).[2] Dengan horizon itu, SVD sejak didirikan di Steyl (1875) menghidupi spiritualitas “mengutamakan Tuhan” dan “melayani bersama,” yang memampukan pewartaan berjalan melampaui batas bahasa, budaya, dan geografis.[3] Karisma ini berakar pada dua sikap pendiri yaitu “tidak berpusat pada diri dan tidak bekerja sendirian.” Perutusan yang demikian bertumbuh dalam jejaring persaudaraan Gereja: Uskup, imam diosesan, hidup bakti, dan awam, yang semuanya merupakan bagian dari satu Tubuh Kristus yang bermisi.[4]
2. Dasar Biblis: Saksi-Saksi Terang dan Relevansinya
2.1 Yohanes Pembaptis: Saksi yang Menunjuk pada Yang Lain
Injil Yohanes menegaskan bahwa Yohanes Pembaptis “bukan terang itu, tetapi diutus untuk memberi kesaksian tentang terang” (Yoh 1:8). Sikapnya merendah, menunjuk pada Kristus, dan mundur ketika Sang Mempelai hadir, menjadi ikon kerendahan hati misioner.[1] Dalam perspektif SVD, kesaksian yang benar terjadi ketika pewarta transparan terhadap Kristus: bukan memusatkan perhatian pada pewarta, melainkan pada Dia yang diwartakan.
2.2 Para Murid: Kolegialitas sebagai Gaya Perutusan
Yesus mengutus murid “dua-dua” (Luk 10:1), menandakan bahwa Injil dibawa dalam kebersamaan dan saling menopang, bukan aksi soliter atau tindakan seorang diri. Kesaksian yang persuasif lahir dari persaudaraan yang kasatmata: saling melayani, berbagi karisma, dan taat pada Roh yang mempersatukan.[2] Gaya kolegial ini menyatu dengan cara SVD bermisi: berjejaring dengan hirarki lokal, rohaniwan-rohaniwati lain, dan umat beriman.
3. Spiritualitas SVD: Tidak Ingat Diri, Tidak Kerja Sendiri
3.1 Warisan Romo Arnold Janssen,Pr
Santo Arnold Janssen memulai karya misi dengan mempercayakan inisiatifnya pada Allah dan mengundang sebanyak mungkin rekan sekerja demi “kemuliaan Allah yang lebih besar.” Ia melihat pendirian kongregasi bukan sebagai proyek personal, melainkan sebagai tanggapan Gereja terhadap kebutuhan zaman.[3] Spiritualitasnya melahirkan keutamaan ketaatan pada Roh, ketekunan dalam sarana sederhana, dan kepekaan akan tanda-tanda waktu sebagai tiga pilar yang menata langkah misi SVD lintas generasi.[4]
3.2 Kolaborasi Gerejawi sebagai Identitas
Dokumen-dokumen kapitel umum SVD berulang kali menekankan kemitraan: bekerja erat dengan uskup, imam diosesan, kaum hidup bakti, dan awam, demi evangelisasi yang inklusif dan kontekstual.[5] Kolaborasi bukan strategi tambahan, melainkan syarat teologis misi, sebab Gereja sendiri adalah “sakramen Persekutuan” yang diutus ke dunia.[6]
4. Dasar Teologis dan Kanonik Karya Misi Kolaboratif
4.1 Gereja yang Bermisi: Tugas Seluruh Umat
Konsili Vatikan II menegaskan: Gereja “pada hakikatnya misioner,” dan seluruh umat beriman ambil bagian dalam perutusan Kristus.[7] Dekrit Ad gentes menampilkan misi sebagai “penyingkapan dan pelaksanaan rencana Allah dalam Sejarah,” serta memanggil seluruh anggota Gereja untuk terlibat menurut karunia masing-masing.[8]
4.2 Partisipasi, Sinodalitas, dan Tanggung Jawab Bersama
Ad gentes menggarisbawahi partisipasi semua orang beriman dalam karya misi.[9] Ensiklik Redemptoris Missio menegaskan daya ikat permanen perutusan dan membedakan ranah: ad gentes, re-evangelisasi, dan pendalaman pastoral, ketiganya membutuhkan tenaga awam, imam, dan religius dalam kebersamaan.[10] Dalam bingkai inilah konstitusi SVD mengatur hidup komunitas, ketaatan misioner, dan pelayanan profetis selalu dalam koinonia dengan Gereja lokal.[11]
4.3 Kanon Kitab Suci: Disermen Komunitas
Fakta bahwa Kitab Suci terhimpun melalui proses kanonisasi Gereja perdana menunjukkan pengenalan terhadap Terang yang lahir dari disermen komunitas, bukan pilihan pribadi. Kanon menjadi “tongkat ukur” iman agar pewartaan tetap setia pada Injil dan Tradisi Apostolik.[12]
5. Bentuk-Bentuk Kesaksian Kontemporer SVD
5.1 Dialog, Inkulturasi, dan Persahabatan Sosial
SVD dipanggil membangun “dialog hormat” dengan budaya setempat dan agama-agama lain, agar Injil berakar dalam tanah kehidupan umat. Ad gentes mendorong inkulturasi yang cermat terhadap bahasa, simbol, kesenian, sehingga iman tidak menjadi unsur asing, melainkan ragi yang mengangkat martabat manusia.[13] Seruan Fratelli Tutti memperluas cakrawala itu ke persahabatan sosial dan budaya pertemuan sebagai wujud kesaksian kasih di tengah dunia terpolarisasi.[14]
5.2 Pendidikan, Komunikasi Sosial, dan Belarasa
Dari sekolah dasar hingga universitas, dari asrama hingga pusat keterampilan, karya pendidikan SVD bertujuan mencerdaskan dan memberdayakan, khususnya umat yang termarjinalkan, sebuah bentuk pewartaan yang menyentuh akar kemanusiaan.[15] Dalam ekosistem media, SVD mengembangkan komunikasi sosial sebagai “areopagus baru” untuk katekese, pewartaan, dan advokasi kemanusiaan, selaras dengan dorongan magisterium mengenai penggunaan sarana digital secara etis.[16] Di ranah karitatif dan pengembangan sosial, kesaksian Injil mengambil rupa pelayanan Kesehatan dalam kerja sama dengan para suster SsPS, pemberdayaan ekonomi, dan pendampingan komunitas—tanda konkrit terang yang menyembuhkan.[17]
6. Tantangan & Peluang: Membaca Tanda Zaman
6.1 Sekularisasi, Globalisasi, dan Fragmentasi Digital
Sekularisasi dan budaya konsumtif dapat menumpulkan sensus religius; globalisasi menghadirkan mobilitas besar sekaligus kesenjangan; ekosistem digital mengantar peluang formasi yang luas namun juga risiko polarisasi dan misinformasi.[18] Spiritualitas “tidak ingat diri” menolong pewarta menjaga ketenangan hati, kreativitas pastoral, dan fokus pada Kristus, bukan pada pencitraan diri.[19]
6.2 Sinergi Lintas-Sektor dan Keutuhan Ciptaan
Jubileum 150 tahun menjadi undangan untuk memperluas jejaring kolaborasi: dengan Gereja lokal, lembaga pemerintah, masyarakat sipil, dan mitra lintas iman, demi kebaikan bersama.[20] Dalam terang ekologi integral, perutusan mengalir ke perawatan saudara-saudari miskin dan rumah bersama.[21] Di sini, SVD dipanggil menjadi jembatan yang menghubungkan terang Injil dengan praksis keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan.
7. Penutup
Bersaksi tentang Sang Terang berarti menghadirkan Kristus di jalan-jalan kehidupan: lewat sabda yang meyakinkan, tindakan yang menyembuhkan, dan persaudaraan yang merekatkan. Setelah satu setengah abad, karisma SVD terus menyala bila ia tetap rendah hati, tetap berjalan bersama, dan tetap tinggal dalam Kristus. Seperti diwariskan pendiri, kita bekerja “sekuat tenaga,” namun pada akhirnya mengakui bahwa semuanya bersandar pada Allah, Terang yang tidak pernah padam.[22]
Selamat Merayakan Yubileum 150 Tahun Serikat Sabda Allah dan 112 Tahun Karya Misi di Timor–Indonesia! Semoga kesetiaan pada Sabda dan semangat pendiri yang penuh kerendahan hati terus menyalakan api misi, agar Gereja tetap menjadi saksi “ Sang Terang” di tengah dunia.
Daftar Pustaka
Konsili Vatikan II. Ad gentes (1965). Roma: Libreria Editrice Vaticana
Konsili Vatikan II. Lumen Gentium (1964). Roma: Libreria Editrice Vaticana
Konsili Vatikan II. Dei Verbum (1965). Roma: Libreria Editrice Vaticana
Konsili Vatikan II. Gravissimum Educationis (1965). Roma: Libreria Editrice Vaticana
Yohanes Paulus II. Redemptoris Missio (1990). Roma: Libreria Editrice Vaticana
Fransiskus. Evangelii Gaudium (2013). Roma: Libreria Editrice Vaticana
Fransiskus. Laudato Si’ (2015). Roma: Libreria Editrice Vaticana
Fransiskus. Fratelli Tutti (2020). Roma: Libreria Editrice Vaticana
Societas Verbi Divini (SVD). Constitutions and Statutes of the Society of the Divine Word (ed. terakhir). Roma: SVD Generalate
SVD General Chapter. Acts of the General Chapter 2018. Roma: SVD Generalate
Steffen, Paul B. “Arnold Janssen’s Original Inspiration and the Foundation of the SVD.” Dalam berbagai studi SVD tentang asal-usul Steyl
[1] Yoh 1:6–8; bdk. Yoh 3:28–30
[2] Luk 10:1–3; bdk. Kis 1:14; 2:42–47 (komunitas apostolik)
[3] Steffen, ibid.; serta tradisi spiritualitas Arnold Janssen dalam sumber-sumber SVD
[4] Konstitusi SVD (ed. terakhir): bagian tentang ketaatan misioner, pembacaan tanda zaman, dan pengutusan komunitas
[5] Kapitel Jenderal SVD 2018: garis kebijakan tentang kolaborasi dengan hirarki lokal, hidup bakti, dan awam
[6] Lumen Gentium 9; 13 (Gereja sebagai umat Allah yang satu dan universal)
[7] Ad gentes 2; Lumen Gentium 17; CIC 1983, Kanon 781
[8] Ad gentes 9 (misi sebagai epifani rencana Allah)
[9] Ad gentes 29 (partisipasi semua orang beriman dalam misi); CIC 1983 Kanon 782-792
[10] Yohanes Paulus II, Redemptoris Missio 2; 33–34; 71
[11] Konstitusi dan Statuta SVD: norma hidup komunitas, pengutusan, dan relasi dengan Gereja lokal
[12] Dei Verbum 8–10 tentang Tradisi hidup dan penafsiran Gereja
[13] Ad gentes 11; 22 (inkulturasi, pembinaan Gereja partikular)
[14] Fransiskus, Fratelli Tutti 215–221 (budaya pertemuan, persahabatan sosial)
[15] Praktik historis karya pendidikan SVD; bdk. Gravissimum Educationis (Vatikan II) 1–2
[16] Benediktus XVI, “Message for the 43rd World Communications Day” (2009); bdk. Fransiskus, pesan-pesan Hari Komunikasi Sosial Sedunia
[17] Lumen Gentium 8; Gaudium et Spes 1; 27 (dimensi sosial-karitatif Injil)
[18] Fransiskus, Evangelii Gaudium 52–75 (tantangan budaya kontemporer)
[19] Spiritualitas SVD: kerendahan hati, doa, dan kerja sederhana (tradisi SVD dan tulisan para jenderal SVD)
[20] Fratelli Tutti 17–36; 128–153 (kebaikan bersama, dialog sosial)
[21] Fransiskus, Laudato Si’ 10; 137–162 (ekologi integral)
[22] Warisan perkataan dan sikap rohani Arnold Janssen yang dirujuk luas dalam tradisi SVD
[1] Konsili Vatikan II, Lumen Gentium 1; Ad gentes 2
[2] Lumen Gentium 1 (Gereja sebagai “sakramen keselamatan”), 9–10
[3] Paul B. Steffen, “Arnold Janssen’s Original Inspiration and the Foundation of the SVD,” dalam studi-studi SVD tentang pendirian Steyl
[4] Lumen Gentium 31–33 (partisipasi awam); Ad gentes 35–36 (kerja sama luas)